![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxVKF573inKWhWf0dVhjBfgYo8-kYrmRoP7iOcyvvqx-ksfPXI-jf8Mkz5uz46BxTXbSwuHd-cInM163dxytKIa3P7G_jVlbXPDFYneeTVQmwNmxJRENr-8OEoiQT47EBqBtCtgQXCjeBP/s1600/Kedatangan+Islam+ke+Nusantara.png)
Kedua, Hoesein Djajadiningrat mengatakan bahwa Islam yang masuk
ke Indonesia berasal Persia (Iran sekarang). Pendapatnya didasarkan pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan
Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau
Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, seperti yang
berkembang dalam tradisi tabot di Pariaman di Sumatra Barat dan Bengkulu.
Ketiga, Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) mengatakan
bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya, yaitu Arab atau Mesir. Proses ini
berlangsung pada abad-abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Senada dengan
pendapat Hamka, teori yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkah dikemukakan
Anthony H. Johns. Menurutnya, proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir (kaum
pengembara) yang datang ke Kepulauan Indonesia. Kaum ini biasanya mengembara
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan motivasi hanya pengembangan agama
Islam.
Semua teori di atas bukan mengadaada, tetapi mungkin bisa
saling melengkapi. Islamisasi di Kepulauan Indonesia merupakan hal yang kompleks
dan hingga kini prosesnya masih terus berjalan. Pasai dan Malaka, adalah tempat
dimana tongkat estafet Islamisasi dimulai. Pengaruh Pasai kemudian diwarisi
Aceh Darussalam. Sedangkan Johor tidak pernah bisa melupakan jasa dinasti
Palembang yang pernah berjaya dan mengislamkan Malaka. Demikian pula Sulu dan
Mangindanao akan selalu mengingat Johor sebagai pengirim Islam ke wilayahnya.
Sementara itu Minangkabau akan selalu mengingat Malaka
sebagai pengirim Islam dan tak pernah melupakan Aceh sebagai peletak dasar
tradisi surau di Ulakan. Sebaliknya Pahang akan selalu mengingat pendatang dari
Minangkabau yang telah membawa Islam. Peranan para perantau dan penyiar agama
Islam dari Minangkabau juga selalu diingat dalam tradisi Luwu dan Gowa Tallo.
Nah, marilah kita pelajari awal masuknya Islam di
Nusantara.Pada pertengahan abad ke-15, ibukota Campa, Wijaya jatuh ke tangan
Vietnam yang datang dari Utara. Dalam kenangan historis Jawa, Campa selalu
diingat dalam kaitannya dengan Islamisasi. Dari sinilah Raden Rahmat anak
seorang putrid Campa dengan seorang Arab, datang ke Majapahit untuk menemui bibinya
yang telah kawin dengan raja Majapahit. Ia kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel
salah seorang wali tertua.
Sunan Giri yang biasa disebut sebagai ‘paus’ dalam sumber Belanda
bukan saja berpengaruh di kalangan para wali tetapi juga dikenang sebagai
penyebar agama Islam di Kepulauan Indonesia bagian Timur. Raja Ternate Sultan
Zainal Abidin pergi ke Giri (1495) untuk memperdalam pengetahuan agama. Tak
lama setelah kembali ke Ternate, Sultan Zainal Abidin mangkat, tetapi beliau telah
menjadikan Ternate sebagai kekuatan Islam. Di bagian lain, Demak telah berhasil
mengislamkan Banjarmasin. Mata rantai proses Islamisasi di Kepulauan Indonesia
masih terus berlangsung. Jaringan kolektif keislaman di Kepulauan Indonesia
inilah nantinya yang mempercepat proses terbentuknya nasionalisme Indonesia.
Uji Kompetensi
Tugas Individu
- Bagaimana pendapat kamu tentang adanya berbagai teori tentang masuknya Islam ke Indonesia? Jelaskan pendapat kamu!
- Proses Islamisasi di Indonesia berlangsung dalam waktu yang panjang bahkan masih terus berlangsung. Berikan penjelasan!
- Sebutkan beberapa peran tokoh pengembang agama Islam di Indonesia!
- Mengapa Islam bisa cepat diterima oleh masyarakat di Indonesia?
- Coba kamu diskusikan tentang upacara tabot di Bengkulu atau tabuik di Pariaman.
Tugas Kelompok
Setelah kamu memahami proses masuk dan berkembangnya Islam di
Indonesia, coba amati dan perhatikan beberapa fenomena sosial yang terkait
dengan Islam di sekitar tempat tinggal kamu. Buatlah kelompok dan catatan atas
permasalahan berikut ini:
- Buatlah denah dan peta tentang proses kedatangan Islam di Indonesia!
- Di lingkungan masyarakat di Indonesia terutama di pedesaan masih sering ada kegiatan kenduri atau selamatan untuk suatu kegiatan, peristiwa atau peringatan kejadian tertentu yang disertai dengan doa-doa secara Islam, sementara kalau dilihat asal usulnya di ajaran Islam tidak ada. Mengapa dan bagaimana pendapat anda?