Misalnya Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang
didirikan oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti, dan selanjutnya muncul kerajaan yang
lain. Nama Kerajaan Buleleng semakin terkenal, terutama setelah zaman
penjajahan Belanda di Bali. Pada waktu itu pernah terjadi perang rakyat
Buleleng melawan Belanda. Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah
berkembang. Pada masa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan
menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa. Sesuai dengan letaknya
yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut.
Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng.
Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti
kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau
lain (daerah seberang). Perdagangan dengan daerah seberang mengalami
perkembangan pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak
Wungsu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang disimpan
di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065.
Kata-kata yang dimaksud berbunyi, “mengkana ya hana banyaga
sakeng sabrangjong, bahitra, rumunduk i manasa. ….. Artinya, andai kata ada
saudagar dari seberang yang datang dengan jukung bahitra datang berlabuh di
manasa …..” Sistem perdagangannya ada yang menggunakan system barter, ada yang
sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis
alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling.