Hakikat dan Makna Nilai
Nilai
itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Yang dimaksud dengan
hakikat dan makna nilai adalah berupa : Norma, Etika, Peraturan, Undang-undang,
Adat kebiasaan, dan Aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan
dirasakan berharga bagi seseorang.
Nilai
itu bersifat abstrak, nilai itu berada dibalik fakta, nilai itu memunculkan
tindakan, nilai itu terdapat dalam moral seseorang, nilai itu muncul sebagai
ujung proses psikologis, dan berkembang kearah yang lebih kompleks.
Kattsoff mengatakan bahwa hakekat nilai
dapat dijawab dengan tiga macam cara: (1) Nilai sepenuhnya berhakekat
subyektif, tergantung kepada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri. (2) Nilai
merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontology, namun tidak terdapat
dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat
diketahui melalui akal, dan (3) Nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang
menyusun kenyataan. (Kattsoff dalam
Rohmat Mulyana. 2004. Hal 323. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.)
Nilai
yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang
telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang
terungkap ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai dipelajari sebagai
hasil dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok seperti
keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari
orang-orang yang satu tujuan. Nilai yang
ada di masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok
masyarakat. Heterogenitas nilai ini tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi
guru dalam pembelajaran IPS di kelas. (Dr. Sapriya, M.Ed. 2009. Hal 54. Pendidikan
IPS.) Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai
dapat dibedakan atas nilai substantif dan nilai prosedural.
1. Nilai Substantif
Nilai
substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya
hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Hal
ini tergantung pada kondisi atau iklim keluarga masing-masing yang berbeda satu
sama lain. Ada kondisi keluarga yang harmonis, dalam interaksi saling
menghargai, bertutur kata halus, disiplin, dan sebagainya, namun ada pula
kondisi keluarga yang serba kaku, bertutur kata kasar, saat bicara saling
membentak, dan sebagainya.
Dalam
mempelajari nilai substantif, para siswa perlu memahami proses-proses,
lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat
demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu mengetahui bahwa ada keragaman nilai
dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari
nilai-nilai tersebut dengan belajar nilai substantif, siswa seyogyanya menjadi
terampil dalam mengenal dan mengalisis kedudukan nilai dari aneka ragam
kelompok.
2.
Nilai
Prosedural
Nilai-nilai
prosedural yang perlu dilatih atau di belajarkan antara lain nilai kemerdekaan,
toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat orang lain.
Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai yang menyongkong masyarakat demokratis,
seperti: toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada,
kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain.
Apabila
kelas IPS dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan
di harapkan semakin memahami kondisi masyarakat Indonesia yang berraneka ragam,
maka siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai tersebut.