Definisi Social Studies menurut Edgar
Bruce
Wesley 1937 (Barr, Barth,
dan Shermis, 1972:12) ,“The Social Studies are the social sciences simplified
for pedagogical purpose”.
Yang
artinya Social studies yaitu ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan. Pengertian awal social studies yaitu sebagai turunan dari ilmu-ilmu
sosial, disiplin dikembangkan untuk tujuan pendidikan dan bidang-bidang ilmu
sosial harus sesuai dengan tujuan pendidikan.
Pada
tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan yang berupa pertanyaan “ apa perlu atau
tidak social studies
menanamkan nilai dan sikap demokratis kepada generasi muda?”.
Kemudian
tahun 1960, Muncul suatu gerakan akademis yang mendasar dalam
pendidikan, yang secara khusus dapat dipandang sebagai suatu Revolusi dalam Social Studies yang
dikenal sebagai gerakan “The New Social Studies”.
Ditegaskan
pula oleh Barr,
dkk pada tahun 1940-1960, terjadi tarik menarik
antara dua visi Social Studies yaitu gerakan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu
sosial Citizenship Education, dan gerakan yang menginginkan pemisahan bebagai disiplin ilmu
sosial yang cenderung memperlemah konsepsi Social Studies Edcation.
Pada tahun 1955 terjadi terobosan besar dalam dunia Social Studies (Barr, 1977:37) ,yaitu inovasi Maurice Hunt dan Lawrence Metclaf yang melihat cara baru dalam
mengkaitkan pengetahuan dan keterampilan ilmu sosial
untuk tujuan citizenship education. Disiplin ilmu sosial sangat berguna dalam
memberikan fakta, serta teori dan konsep dapat digunakan dalam proses
pengambilan keputusan, serta untuk melatih keterampilan reflective thinking (berpikir tanpa
direncanakan atau berpikir kritis) oleh Barr,
1977:37.gerakan
The New Social Studies menjadi pilar perkembangan Social Studies
pada tahun 1960, titik tolaknya dari kesimpulan bahwa social studies
sebelumnya dinilai sangat tidak efektif dalam mengajarkan dan
mempengaruhi perubahan sikap.
Maka
para ahli sosial dan sejarawan bersatu dan merumuskan social studies ketingkat “higher level of intellectual pursuit”,
(Barr, 1977:42). Pada akhir 1960-an
tercatat
adanya perubahan
dari kegiatan disiplin
akademik yang terpisah-pisah dalam upaya untuk mencari
hubungan interdisipliner (Barr,
1977:45). Pada
tahun 1970 terjadi perkembangan Social Studies dalam
perkembangan kurikulum persekolahan. Yaitu perkembangan dari dua gerakan (Social
Studies dan Citizenship education) yang bertolak belakang dari Basic
Human Activities, (Paul R. Hanna, 1974:68).
Jika dilihat dari visi-misi Social Studies
menurut Barr (1977:48) adalah, Social Studies dapat dikembangkan
kedalam 3 tradisi, yaitu: Social Studies Taught as Citizenship
Transmission. (ilmu sosial
yang terintegrasi sebagai ilmu Kewarganegaraan), Social Studies Taught as
Social Science ( ilmu
sosial
sebagai disiplin ilmu yang terpisah), dan Social Studies Taught as
Revlective Inquir (ilmu
sosial
sebagai ladang ilmu pengetahuan yang
bersifat melatih kepekaan terhadap gejala sosial yang terjadi di sekitar).
Pada tahun 1980
perkembangan
Social Studies ditandai oleh lahirnya dua pilar akademis, yaitu : Social Studies democratic
beliefs and values dan Social Studies as
Skill in the Social Studies Curruculum. Tujuan NCSS
1994 dari Social Studies, yaitu: Esensi
dari Social Studies adalah pengembangan ilmu sosial, bukan pada bidang
lain, Pengembangan
Social Studies dari mulai pendidikan dasar sampai tingkat menengah atas
ditandai oleh keterpaduan pengetahuan, kemampuan siswa dan sikap siswa terhadap
gejala sosial yang terjadi diskitarnya. Hal ini memberikan dau arti yaitu, monodisipliner
dan interdisipliner, Program Social Studies menitik beratkan
pada upaya membantu siswa dalam construct a knowledge base and attitudes
drawn from academic disciplines as specialized ways of viewing reality
(Pembangun pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang secara
akademik terhadap realita), dan Social Studies harus mncerminkan hakikat
pengetahuan yang utuh secara terpadu menuntun perlibatan berbagai disiplin ilmu
dalam Social Studies.